Taman Nasional Gunung Halimun Salak – adalah salah satu taman nasional yang terletak di Jawa bagian barat.
Kawasan konservasi dengan luas 113.357 hektare ini menjadi penting karena melindungi hutan hujan dataran rendah yang terluas di daerah ini, dan sebagai wilayah tangkapan air bagi kabupaten-kabupaten di sekelilingnya.
Dengan lingkup wilayah yang bergunung-gunung, dua puncaknya yang tertinggi adalah Gunung Halimun (1.929 m) dan Gunung Salak (2.211 m).
Lebih dari 700 jenis tumbuhan berbunga hidup di hutan alam di dalam Taman Nasional Gunung Halimun Salak, dan keberadaan beberapa jenis fauna penting yang dilindungi di sini seperti elang jawa, macan tutul jawa, owa jawa, surili, dan lain-lain.
Kawasan TNGHS dan sekitarnya juga merupakan tempat tinggal beberapa kelompok masyarakat adat, antara lain masyarakat adat Kasepuhan Banten Kidul dan masyarakat Baduy.
Wisata Taman Nasional Gunung Halimun Salak
Taman Nasional Gunung Halimun Salak terdapat beberapa potensi obyek wisata alam, sejarah dan aktivitas budaya masyarakat lokal yang dapat dikembangkan menjadi paket-paket kegiatan pariwisata khususnya kegiatan ekowisata. Tempat wisata di Bogor di Taman Nasional Gunung Halimun Salak, seperti:
1. Air Terjun atau yang dikenal dengan Curug
Tempat Wisata Air, Keindahan air terjun merupakan salah satu daya tarik yang banyak diminati wisatawan, baik domestik maupun mancanegara.
Pada umumnya air terjun terbentuk karena terjadinya patahan kulit bumi sehingga air terpotong membentuk loncatan air sesuai prinsip aliran dari ketinggian ke tempat yang lebih rendah. di Taman Nasional Gunung Halimun Salak banyak terdapat air terjun, seperti:
- Curug Citamanja dan Curug Cipamulan, terletak di desa Cikaray, kecamatan Cikidang dan Kabupaten Sukabumi
- Curug Piit atau Curug Cihanjawar, Curug Walet dan Curug Cikudapaeh, terdapat di sekitar perkebunan teh Nirmala Desa Wisata Malasari.
- Curug Citangkolo, Terdapat di Desa Mahakarjaya, Kecamatan Kabandungan, Kabupaten Sukabumi
- Curug Cibelang atau curug Cilensing, terletak disekitar kampung Leuwimajang
- Curug Ciarnisah, terletak disekitar kampung Cibedug
- Di Gunung Salak terdapat beberepa curug diantaranya Curug Cangkuang (Cidahu), Curug Pilung (Grijaya), Curug Cibadak (Cijeruk), Curug Citiis (Ciapus), Curug Nangka (Taman Sari), Curug Ciputri (Tenjolaya), Curug Cihurang, Curug Cigamea, Curug Ngumpet dan Curug Seribu (Pamijahan), Curug Cibeurem (Jayanegara).
2. Puncak Gunung
Taman Nasional Gunung Halimun Salak memiliki beberapa puncak gunung dengan ketinggian antara 1.700 – 2.211 Mdpl. Secara resmi jalur pendakian di puncak gunung TNGHS belum dibuka dan tata secara khusus.
Tetapi beberapa puncak gunung dan Hutan yang relatif masih lebat telah menarik untuk didaki dan dikunjungi oleh berbagai kelompok pencinta alam.
Dengan mudah memenuhi syarat pendakian seperti membuat surat izin pendakian, mempelajari peta jalur pendakian, pendakian didampingi petugas atau orang yang sudah mengetahui jalur pendakian, mempersiapkan diri secara fisik dan perbekalan yang cukup. Beberapa puncak yang menarik di daki, antara lain :
- Gunung Halimun Utara (1.929 Mdpl)
- Gunung Botol (1.720 Mdpl)
- Gunung Sanggabuana (1.919 Mdpl)
- Gunung Kendeng Selatan (1.680 Mdpl)
- Gunung Halimun Selatan (1.758 Mdpl)
- Gunung Salak Puncak 1 (2.211 Mdpl)
- Gunung Salak Puncak 2 (2.190 Mdpl).
Baca Juga: The Harvest Cakes Padjajaran West Java Iconic Food
Baca Juga: Chocomory Oleh-Oleh HITS Kekinian
3. Kawah Ratu
Tempat Wisata di Bogor, Dengan di masuknya Gunung Salak ke dalam pengelolaan Taman Nasional Gunung Halimun Salak, saat ini terdapat fenomena alam yang menarik di Taman Nasional Gunung Halimun Salakadalah Kawah Ratu.
Berada di lereng Puncak Gunung Salak 1 dan ditengah Hutan yang relatif masih baik. Untuk menuju tempat ini , dapat melewati jalur Cangkuang atau melalu pasir Reungit, Gunung Bunder.
Di lokasi ini pengunjung harus hati-hati, tidak boleh lama dan terlalu dekat sumber-sumber uap panas, karena setiap saat dapat terjadi gas-gas beracun yang sangat berbahaya.
Flora dan Fauna Taman Nasional Gunung Halimun Salak
Vegetasi dan Flora
Hutan pegunungan
Tutupan hutan di taman nasional ini dapat digolongkan atas 3 zona vegetasi:
- Zona perbukitan (colline) hutan dataran rendah, yang didapati sampai ketinggian 900–1.150 m dpl.
- Zona hutan pegunungan bawah (submontane forest), selang 1.050–1.400 m dpl; dan
- Zona hutan pegunungan atas (montane forest), di atas elevasi 1.500 m dpl.
Keanekaragamannya cenderung menjadi kurang dengan bertambahnya ketinggian. Dua petak coba permanen, masing-masing seluas 1 ha, di zona submontana ditumbuhi 116 dan 105 spesies pohon. Sementara satu plot lagi dengan lapang yang sama di zona montana didapati hanya berisi 46 spesies pohon.
Catatan sementara mendapatkan lebih dari 500 spesies tumbuhan, yang tergolong ke dalam 266 genera dan 93 suku, hidup di kawasan konservasi ini.
Hasil ini diduga masih jauh di bawah angka yang sesungguhnya, mengingat bahwa TN Gede Pangrango yang berdekatan dan mirip kondisinya, namun lapangnya kurang dari sepertujuh TNGHS, tercatat memiliki 844 spesies tumbuhan berbunga.
Apalagi penelitian di atas belum mencakup wilayah-wilayah yang ditambahkan semenjak 2003.
Penelitian pada zona perbukitan di wilayah Citorek mendapatkan 91 spesies pohon, dari 70 marga dan 36 suku.
Suku yang dominan adalah Fagaceae, yang diwakili oleh 10 spesies dan 144 (dari total 519) individu pohon; disertai oleh Lauraceae, yang diwakili oleh 9 spesies dan 26 individu pohon.
Jenis-jenis yang memiliki nilai penting paling tinggi, sambung-menyambung adalah ki riung anak atau ringkasnya ki anak (Castanopsis acuminatissima), pasang parengpeng (Quercus oidocarpa), puspa (Schima wallichii), saketi (Eurya acuminata), dan rasamala (Altingia excelsa).
Jenis-jenis tersebut selanjutnya membentuk tiga tipe komunitas hutan yang terbedakan di lapangan, yakni tipe Castanopsis acuminatissima – Quercus oidocarpa; Schima wallichii – Castanopsis acuminatissima, dan Schima wallichii – Eurya acuminata.
Dua plot permanen yang diproduksi pada hutan submontana di ketinggian 1.100 m dpl., yakni tidak jauh Stasiun Riset Cikaniki dan di gigir utara G. Kendeng, sambung-menyambung didominasi oleh rasamala (A. excelsa) dan ki anak (C. acuminatissima).
Sedangkan plot permanen pada hutan montana di bawah puncak G. Botol pada elevasi 1.700 m dpl, didominasi oleh pasang Quercus lineata. Hutan montana di atas 1.500 m dpl.
Umumnya dikuasai oleh jenis-jenis Podocarpaceae, seperti jamuju (Dacrycarpus imbricatus), ki bima (Podocarpus blumei) dan ki putri (P. neriifolius).
Di taman nasional ini juga didapati sekurang-kurangnya 156 spesies anggrek; diyakini banyak ini masih jauh di bawah angka sebenarnya apabila dibandingkan dengan kekayaan anggrek Jawa Barat yang tidak kurang dari 642 spesies.
Fauna Taman Nasional Gunung Halimun Salak
Elang jawa, Spizaetus bartelsi
Hutan-hutan primer dan pelbagai kondisi habitat lainnya menyediakan tempat hidup untuk aneka macam margasatwa di Taman Nasional Gunung Halimun Salak.
Tidak kurang dari 244 spesies burung, 27 spesies di selangnya adalah macam endemik Pulau Jawa yang memiliki daerah sebaran terbatas. Dari selangnya terdapat 23 spesies burung migran.
Wilayah Taman Nasional Gunung Halimun Salak ini juga telah diputuskan oleh BirdLife, organisasi internasional pelestari burung, untuk daerah burung penting (IBA, important bird areas) dengan nomor ID075 (Gunung Salak) dan ID076 (Gunung Halimun).
Wilayah-wilayah ini terutama penting untuk menyelamatkan jenis-jenis elang jawa (Spizaetus bartelsi), luntur jawa (Apalharpactes reinwardtii), ciung-mungkal jawa (Cochoa azurea), celepuk jawa (Otus angelinae), dan gelatik jawa (Padda oryzivora).
Catatan sementara herpetofauna di taman nasional ini mendapatkan sejumlah 16 spesies kodok, 12 spesies kadal dan 9 spesies ular.
Daftar ini belakang masing-masing bertambah dengan 10, 8, dan 10 spesies, sambung-menyambung untuk jenis-jenis kodok, kadal, dan ular. Namun, daftar ini belum lagi mencakup jenis-jenis biawak dan kura-kura yang hidup di sini.
Mamalia terdaftar sebanyak 61 spesies. Di selangnya termasuk jenis-jenis langka seperti macan tutul jawa (Panthera pardus melas), owa jawa (Hylobates moloch), surili (Presbytis aygula), lutung budeng (Trachypithecus auratus), dan juga ajag (Cuon alpinus).
Baca artikel menarik lainnya: Kawah Ratu Gunung Salak Harga dan Jam Operasional 2022
Baca artikel menarik lainnya: Lembah Tepus Harga Tiket Masuk 2022