Alun-Alun Kota Bandung – Adalah spot yang sangat ikonik. Rasanya tak ada yang sulit menandingi daya tarik Alun-alun Bandung jelang matahari terbenam.
Dan lagi, hamparan rumput sintetis yang membentang luas akan membuat pengunjung sangat betah. Sebelum tampak elegan seperti sekarang, Alun-alun Bandung memiliki sejarah yang cukup panjang.
Peruntukan dan penampakannya berubah-ubah seiring berjalannya waktu. Pada masa kolonial, lokasi Alun-alun Bandung saat ini hanyalah sebagai tempat persinggahan atau pos penggantian kuda pengantar surat.
Memang, area tersebut merupakan Gedung Kantor Pos Belanda. Sebuah catatan sejarah lain menyebutkan kalau kawasan alun-alun didirikan pada tahun 1810.
Alun-alun inilah yang dijadikan oleh masyarakat setempat sebagai pusat aktivitas. Tak jarang pula, warga Bandung menyulap sebagai arena pertandingan sepak bola.
Tak mengherankan jika Alun-alun Bandung diminati sebagai tempat bercengkerama bagi warga maupun wisatawan.
Kawasan seluas 4.000 meter persegi ini berupa hamparan rumput sintetis. Pemilihan rumput sintetis dilakukan karena dapat tahan hingga 10 tahun lamanya meskipun kerap diinjak dengan kaki telanjang.
Jadi, sebelum memasuki area alun-alun, maka kamu perlu menanggalkan alas kaki. Kamu bisa menyimpan alas kaki di tepi alun-alun atau menitipkan di loker Masjid Raya Bandung yang terletak berseberangan.
Setelah memasuki kawasan ruang publik ini, kamu bisa menikmati suasana senja di atas rumput dengan nyaman. Pola simetris yang tampak indah dan lembut ini dibuat khusus dari Jepang.
Tak hanya itu, alun-alun ini pun memiliki sistem drainase khusus. Dengan adanya sistem tersebut, air hujan tidak akan menggenang terlalu lama di atas rumput sintetis ketika hujan lebat.
Alun-alun Bandung telah menjadi magnet khusus untuk masyarakat lokal maupun masyarakat dari luar daerah. Baik siang maupun malam, Alun-alun Bandung menjadi tempat wisata yang menyenangkan.
Baca Juga : Curug Malela : Destinasi Wisata Menarik Yang Ada Di Bandung
Sebagai kota yang dibangun dengan mempertimbangkan aspek kosmologi, alun-alun menjadi salah satu elemen pembentuk Kota Bandung sejak pusat pemerintahan Kabupaten Bandung pada 25 September 1810.
Alun-alun Bandung mengalami perubahan dari titik batas ruang prafon dan ruang sakral menjadi ruang terbuka publik.
Kawasan pusat alun-alun merupakan kawasan strategis karena mempunyai pengaruh wilayah yang sangat penting terhadap wilayah yang lebih besar.
Alun-alun Bandung sempat mengalami beberapa kali renovasi. Renovasi yang dilakukan terkait dengan estetika. Pada dekade 1950 hingga 1960, Alun-alun Bandung dihiasi dengan berbagai jenis bunga.
Tahun 1973, Alun-alun Bandung diperindah dengan kolam air mancur yang selama 10 tahun menjadi ikon Alun-alun Bandung. Pada 2018, Pemerintah Kota Bandung mengganti rumput sintetis.
Lokasi dan Rute Menuju Alun-Alun Kota Bandung
Lokasi Alun-alun Kota Bandung sangat strategis karena berada di pusat Kota Bandung. Karena itu, spot wisata urban ini mudah dijangkau dari berbagai fasilitas umum yang menghubungkan transportasi dalam kota, baik stasiun, terminal, maupun bandara.
Jika dari Stasiun Bandung, Alun-alun Bandung dapat ditempuh dengan naik kendaraan bermotor selama 19 menit ke Jalan Asia Afrika.
Bagi yang memulai perjalanan dari arah Terminal Leuwipanjang, maka hanya perlu waktu sekira 15 menit untuk ke Alun-alun Bandung dengan melalui Jl. Leuwi Panjang dan Jl. Moch. Toha.
Sementara itu, waktu yang dari Bandara Husein Sastranegara ke Alun-alun Bandung sekira 21 menit dengan naik kendaraan lewat rute Jl. Penjajaran.
Tiket Masuk dan Jam Operasional Alun-Alun
Alun-Alun Bandung bisa terbuka untuk siapa saja tanpa perlu membayar tiket masuk.
Terdapat biaya parkir bagi pengunjung yang memarkirkan kendaraan pribadinya di area parkir bawah tanah.
Alun-Alun Bandung terbuka untuk umum setiap hari selama 24 jam. Tempat ini paling ramai pada masa liburan, malam Minggu, dan akhir pekan.
Datanglah pada pagi atau sore hari agar cuaca tidak terlalu panas untuk bersantai di lapangan.
Spot Foto Alun-Alun Bandung
Masjid Raya Bandung
Lapangan rumput alun-alun berada tepat di depan halaman Masjid Raya Bandung.
Masjid ini memiliki usia yang sama dengan alun-alun.
Dengan ciri khas berupa kubah berwarna emas dan dua menara menjulang di sisi kanan dan kiri.
Masjid yang awalnya bernama Masjid Agung Bandung ini juga tidak kalah menarik untuk dikunjungi.
Selain sebagai tempat ibadah umat muslim, Masjid Raya Bandung merupakan tempat wisata.
Jika ingin menyaksikan keindahan kota Bandung dari ketinggian, maka kamu bisa naik ke atas Menara Masjid Raya Agung.
Selain bisa mengabadikan momen menawan, pengunjung bisa menantang adrenalin karena menara tersebut memiliki ketinggian 81 meter.
Adapun biaya akses menara sangat terjangkau dengan cukup membayar Rp10.000 saja.
Dibuka untuk umum, mulai pukul 10.00 hingga pukul 16.00.
Jadi, pastikan untuk datang sebelum waktu operasionalnya berakhir.
Wisatawan bisa naik ke puncak kedua menara yang mengapit bangunan utamanya.
Pemandangan alun-alun dari atas serta panorama Kota Bandung akan jadi memori yang mengesankan.
Perlu dicatat, pengunjung tidak bisa naik ke puncak menara pada pagi hari dan malam hari.
Jumlah pengunjung pun terbatas agar tidak membebani lift.
Selain itu, menara ini juga tutup pada waktu salat Jumat.
Memori Asia-Afrika
Bandung adalah ibukota bagi Asia-Afrika. Kota ini pernah menjadi saksi sejarah yang penting bagi Indonesia, terutama di bidang politik luar negeri.
Pada 18 – 24 April 1955, Bandung menjadi tuan rumah penyelenggaraan Konferensi Asia-Afrika.
Dari konferensi ini, lahir Dasasila Bandung yang berarti bagi bangsa dari negara-negara terjajah di dunia, khususnya di kedua benua tersebut.
Untuk mengenang semangat tersebut, dibangun monumen dan museum Konferensi Asia-Afrika.
Wisatawan bisa menemukan Museum KAA yang berada tak jauh dari Alun-Alun Bandung.
Museum ini memamerkan koleksi benda dan foto yang terkait dengan acara bersejarah tersebut.
Museum KAA juga aktif menyelenggarakan aktivitas literasi dan budaya yang bisa diikuti kalangan umum.
Di pertigaan Jalan Alun-Alun Timur dan Jalan Asia Afrika, terdapat sebuah monumen berbentuk bola dunia.
Dengan warna hitam yang mentereng, monumen ini berhias nama-nama negara anggota Konferensi Asia-Afrika.
Monumen tersebut menjadi salah satu lokasi foto favorit wisatawan.
Baca Juga :
Bukit Pelangi : Harga Tiket Masuk, Lokasi dan Rute
Bandung Zoo Park : Iconic Place
Sebagai destinasi incaran wisatawan, Alun-Alun Bandung dan sekitarnya semakin berbenah dan mempercantik diri.
Kawasan yang paling ramai oleh para pemburu swafoto adalah sepanjang Jalan Asia-Afrika.
Di jalan ini, berdiri bangunan-bangunan lama yang masih mempertahankan gaya arsitektur kolonial.
Mulai dari Museum KAA, Gedung Merdeka, hingga jembatan penyeberangan.
Jembatan penyeberangan ini penuh kutipan dari Pidi Baiq dan M. A. W. Brouwer. Jembatan ini termasuk salah satu ikon Bandung yang populer dan sering wara-wiri di media sosial sebagai lokasi foto artistik.
Di trotoar Jalan Asia-Afrika dan Jalan Alun-Alun Timur pun tidak luput dari dekorasi.
Beberapa meter mendekati alun-alun, terpajang di dinding dengan desain grafis menarik.
Desainnya berganti secara berkala sehingga tidak akan membuat mata bosan.
Banyak juga para “cosplayer” dengan kostum unik yang bersedia untuk ikut berfoto kapan pun.